2.25.2008

Presisi & Akurasi Pengkajian Status Gizi

CARA PENGUKURAN ( WHO )

PENIMBANGAN BERAT BADAN

1. Letakkan timbangan digital ( Seca Scala) pada permukaan yang rata dan keras.
2. Cek timbangan, periksa apakah timbangan masih berfungsi dengan baik.
3. Pengukur meminta klien membuka jaket,sepatu/alas kaki, atau barang yang memberatkan.
4. Nyalakan ‘connector’ dan tunggu sampai angka menunjukkan Nol
5. Persilahkan klien naik ke atas timbangan tepat ditengah tempat pijakan.
6. Baca hasil,lalu catat.
7. Untuk menimbang bayi, setelah hasil timbangan ibu dicatat, kemudian normalkan timbangan seca sampai angka nol dan keluar tanda/gambar bayi.
8. Berikan bayi pada ibu kemudian baca hasil timbangan.
9. Catat hasil timbangan bayi.

Titik Kritis :
 Lepaskan sepatu dan benda yang bias memberatkan
 Posisi badan tegak
 Catat hasil timbangan dengan menggunakan alat yang ketelitiannya 0.1 kg.
 Untuk menimbang bb bayi,normalkan kembali setelah ibu di timbang.


PENGUKURAN PANJANG BADAN

  1. Siapkan alat pengukuran panjang badan,letakkan alat pada permukaan yang datar,lalu rangkai alat dengan benar.
  2. Tarik papan penggeser sampai menempel rapat ke dinding tempat menempelnya kepala.
  3. Beri alas pada papan tempat anak di baringkan.
  4. Lepas semua asesoris yang menempel di rambut agar tidak mengganggu pengukuran,
  5. Tidurkan bayi/ anak pada alat dengan posisi kepala menempel pada dinding papan atas.
  6. Tangan kiri pengukur memegang bagian lutut, tangan kanan memegang telapak kaki sampai berdiri, lalu geser alat sampai menekan telapak kaki bayi/anak.
  7. Asisten memegang bagian kepala anak agar menempel dinding bagian atas alat.
  8. Pandangan anak lurus, jika anak rewel minta bantuan kepada orang tua untuk mengajak bicara, sehingga pandangan lurus, antara mata dengan telinga membentuk 90 derajat.
  9. tekan lutut dan telapak kaki harus lurus, apabila telapak kaki anak tidak tegak, maka usap telapak kaki hingga kembali lurus.
  10. geser alat sampai menekan telapak kaki bayi/anak.
  11. baca hasil ukur dalam akurasi 1 m, dan catat

Titik Kritis :
  • Tenangkan bayi/anak.
  • Luruskan seluruh bagian tubuh dan lutut.
  • Posisi telapak kaki harus lurus/berdiri.
  • Catat PB ( cm ) dengan ketelitian 1mm.

PENGUKURAN TINGGI BADAN

  1. Siapkan alat pengukur tinggi badan, letakkan pada tempat yang rata.
  2. Klien diminta melepaskan sepatu/alas kaki, dan aksesoris pada rambut yang akan mengganggu pengukuran.
  3. Persilahkan klien untuk niak ke papan alas dan menempel membelakangi dinding.
  4. Aturlah telapak kaki klien agar menapak sempurna pada papan alas, dan kepala, bahu, pantat, betis serta tumit harus menempel pada dinding yang rata.
  5. Tangan kanan asisten memegang tumit serta tangan kiri menekan bagian perut ( bagi anak-anak ) dan suruh menarik nafas (orang dewasa )
  6. Pandangan klien harus tegak lurus.
  7. Ukur, dan catat hasil pengukuran dengan ketelitian alat 1 mm.

Titik Kritis :
 Buka alas kaki dan asesoris di kepala/rambut
 Berdiri sejajar ( tegak lurus ) dengan dinding pengukur.
 Perhatikan posisi kepala, pandangan harus lurus ke depan.
 Dewasa : dengan menarik nafas
Anak-anak : tekan pada bagian perut
 Catat hasil dengan ketelitian 1 mm.

LINGKAR KEPALA

1. Lingkarkan pita lingkar kepala pada kepala kepala anak
2. cek posisi pita
3. baca hasilnya, dan catat

Titik Kritis :
 lingkarkan pita lingkar kepala dengan tepat di kening.
 Cek posisi pita jangan sampai longgar
 Posisi pita ukur harus tepat pada bagian kepala yang paling menonjol
 Catat hasilnya dengan ketelitian 1 mm

LINGKAR LENGAN ATAS ( ANAK DAN DEWASA )

  1. Tetapkan posisi tengah pada lengan bagian atas.
  2. Lengan sebelah kiri di tekuk membentuk sudut 90 derajat
  3. Cari tulang bahu paling ujung lalu beri tanda.
  4. Ukur dari tulang bahu yang telah diberi tanda sampai siku, kemudian cari posisi tengahnya, lalu beri tanda.( dilihat dan di ukur dari posisi belakang lengan)
  5. Lalu ukur menggunakan pita lila, catat hasilnya.

LINGKAR LENGAN ATAS ( BAYI )

1. Tangan kiri anak harus dalam keadaan rileks atau santai
2. Cari titik tengahnya, dan beri tanda
3. Ukur posisi lengan dengan pita lila tanpa menekan jaringan kulit.
4. Catat hasilnya dengan ketelitian 1 mm

Titik Kritis:
 Menentukan tulang bahu sampai siku
 Menentukan titik tengah yang akan diukur
 Posisi pita tidak boleh menekan atau terlalu longgar pada pengukuran
 Ketelitian alat 1 mm

SKIN FOLDS
Triceps

  1. Pastikan ukuran pada posisi 0 ( nol )
  2. ukur dari tulang bahu yang telah diberi tanda sampai siku, kemudian cari posisi tengahnya, lalu beri tanda.( dilihat dan di ukur dari posisi belakang lengan)
  3. cubit menggunakan caliper, lalu tunggu 2 detik.
  4. Pastikan pada saat mengukur tebal lemak. Posisi mencubit 1 cm diatas bagian tubuh yang sudah ditandai ( pada lengan bagian belakang )
  5. catat hasil ukuran triceps dengan ketelitian 0.2 mm

Titik Kritis :
 Pastikan calliper pada posisi 0 (nol)
 Pada saat mengukur tebal lemak posisi mencubit 1 cm diatas bagian yang sudah ditandai.
 Pada saat mengukur tangan kanan yang menggunakan calliper
 Setelah mencubit dengan alat tunggu selama 2 detik
 Ketelitian alat yang digunakan 0.2 mm

Subscapular position
1. cari bagian bawah tulang punggung, lalu beri tanda.
2. cubit 1 cm diatas yang sudah diberi tanda
3. diamkan selama 2 detik, dan catat hasilnya dengan ketelitian alat 0.2 mm

Titik Kritis :
 Pastikan calliper pada posisi 0 (nol)
 Pada saat mengukur tebal lemak posisi mencubit 1 cm diatas bagian yang sudah ditandai.
 Pada saat mengukur tangan kanan yang menggunakan calliper
 Setelah mencubit dengan alat tunggu selama 2 detik
 Ketelitian alat yang digunakan 0.2 mm

CARA PENGUKURAN ( DEPKES)

TINGGI LUTUT

Posisi tidur
1. Pasien terlentang pada tempat tidur (usahakan posisi tempat tidur/kasur rata/horizontal)
2. Tempatkan alat penyangga diantara lipatan paha dan betis kaki kiri membentuk siku (900)
3. Beri bantuan dengan bantal pada bagian pantat pasien jika alat penyangga terlalu tinggi.
4. Telapak kaki pasien membentuk siku (sudut 900)
5. Pasang alat pengukur tepat pada telapak kaki bagian tumit dan lutut
6. baca angka (panjang lutut) pada alat secara seksama
7. Catat angka hasil pengukuran
8. lakukan pengukuran sebanyak 3 kali

Titik Kritis :
 Bila subjek pendek maka pada posisi pantat diberi bantalan sehingga meyesuaikan dengan alat
 Alas tidur harus datar

Posisi Duduk
1. Orang yang diukur duduk pada kursi
2. Posisi duduk sempurna (badan tegak, tangan bebas kebawah dan wajah menghadap kedepan)
3. Lutut kaki yang diukur membentuk sudut siku (900)
4. Tempatkan alat pengukur tinggi lutut pada kaki sebelah kiri
5. Lakukan pengukuran
6. Baca angka (panjang lutut) pada alat secara seksama
7. Catat angka hasil pengukuran
8. lakukan pengukuran sebanyak 3 kali

Titik Kritis :
  • posisi subjek harus tegak
  • pada saat melakukan pengukuran, pijakan kaki disesuaikan dengan kaki subjek setelah diberi alat bantu.
  • Pada saat menekuk kaki subjek membentuk sudut 90 derajat

PANJANG RENTANG TANGAN

  1. Subjek berdiri tegak lurus membelakangi dinding
  2. Untuk menjaga agar posisi subjek simetris, temapatkan alat bantu berupa pita yang menempel di dinding setinggi bahu subjek
  3. rentangkan kedua tangan subjek
  4. tempatkan pengukur panjang depa hingga tepat dari ujung jari tengah kedua tangan.
  5. ukur panjang depa subjek
  6. lakukan pengukuran sebanyak 3 kali
Titik Kritis :
  • Subjek berdiri tegak
  • Menggunakan alat bantu sehingga ketika subjek merentangkan tangan bisa dalam keadaan lurus
  • Pada saat pengukuran, alat ukur menyentuh kedua ujung jari tengah
  • Panjang alat yang digunakan 200 cm


SKIN FOLDS

Biceps
1. subjek berdiri tegak
2. tangan kiri ditekuk sampai posisi siku-siku
3. ukur panjang lengan atas dari posisi akromium sampai tulang siku bagian bawah dan
4. beri tanda pada posisi pertengahan antara kedua tulang tersebut
5. cubit dengan arah vertikal pada lengan atas sebelah depan
6. pastikan cubitan terasa tapi tidak sakit
7. pasang calliper, baca hasil pengukurannya
8. lakukan pengukuran sebanyak 3 kali

Titik Kritis :
 Pada saat menentukan titik tengah biceps yang akan diukur
 Pada saat mencubit untuk mencari lemak lengan bagian depan

Triceps

1. Subjek berdiri tegak
2. Tangan kiri ditekuk sampai posisi siku-siku
3. Ukur panjang lengan atas dari posisi akromium sampai tulang siku bagian bawah
4. Beri tanda pada posisi pertengahan antara kedua tulang tersebut
5. Cubit dengan arah vertikal pada lengan atas sebelah depan
6. Pastikan cubitan terasa tapi tidak sakit
7. Pasang calliper, baca hasil pengukurannya
8. Lakukan pengukuran sebanyak 3 kali

Titik kritis :
 Pada saat menentukan titik tengah triceps yang akan diukur
 Pada saat mencubit untuk mencari lemak lengan bagian belakang

Subskapular

  1. Subjek berdiri tegak
  2. Tangan kanan dilipat ke belakang
  3. Cubit dengan formasi miring bentuk sudut 45 derajat pada sepanjang garis klipart tepat dibawah skalpula dengan posisi 1 cm dibawah jari tangan pengukur yang mencubit
  4. Pasang calliper
  5. Baca hasil dengan ketelitian 1 mm kemudian
  6. Ulangi pengukuran sebanyak 3 kali.

Titik Kritis :
 Pada saat melakukan pengukuran, sebaiknya 1 cm di atas bagian yang sudah ditandai
 Ketelitian alat yang digunakan 1 mm

Suprailiaka

  1. Subjek berdiri tegak
  2. Cubit dengan formasi miring bentuk sudut 45 derajat ke arah belakang garis klipaksilaris dan keatas iliak dengan ukuran 1 cm dibawah jari tangan
  3. Pasang calliper
  4. Baca hasil dengan ketelitian 1 mm kemudian
  5. 5. Ulangi pengukuran sebanyak 3 kali.

Titik Kritis :
 Pada saat melakukan pengukuran, sebaiknya 1 cm di atas bagian yang sudah ditandai
 Ketelitian alat yang digunakan 1 mm

LILA

1. Subjek berdiri tegak
2. Tangan kiri ditekuk sampai posisi siku
3. Ukur panjang lengan atas di akromium sampai pada tulang siku bagian bawah
4. Beri tanda pada posisi tengah
5. Ukur posisi tengah dengan menggunakan pita lila
6. Baca hasil pengukuran
7. Lakukan pengukuran selama 3 kali

Titik Kritis:
 Menentukan tulang bahu sampai siku
 Menentukan titik tengah yang akan diukur
 Posisi pita tidak boleh menekan atau terlalu longgar pada pengukuran
 Ketelitian alat 1 mm


Presisi dan Akurasi

Pengukuran WHO lebih memenuhi presisi dan akurasi dibandingkan dengan beberapa pengukuran Depkes karena dilakukan pengukuran beberapa kali oleh orang yang berbeda. Selain itu alat yang digunakan selalu di terra lagi keakuratan alatnya sehingga kesalahan dalam pengukuran dapat diminimalisasikan.
Pengukuran yang biasa dilaksanakan yaitu gabungan antara pengukuran WHO dan Depkes diantaranya BB menggunakan timbangan digital, Tinggi badan menggunakan microthoise, lila menggunakan pita lila dengan cara pengukuran Depkes.


Selanjutnya......

2.24.2008

Studi Kelayakan Kripik Ubi

STUDI KELAYAKAN KRIPIK UBI
Oleh Herisman

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Serealia dan umbi-umbian banyak tumbuh di Indonesia. Produksi serealiaterutama beras sebagai bahan pangan pokok dan umbi-umbian cukup tinggi.Begitu pula dengan bertambahnya penduduk, kebutuhan akan serealia danumbi-umbian sebagai sumber energi pun terus meningkat. Tanaman dengankadar karbohidrat tinggi seperti halnya serealia dan umbi-umbian padaumumnya tahan terhadap suhu tinggi. Serealia dan umbi-umbian seringdihidangkan dalam bentuk segar, rebusan atau kukusan, hal ini tergantung dari selera.

Usaha penganekaragaman pangan sangat penting artinya sebagai usaha untukmengatasi masalah ketergantungan pada satu bahan pangan pokok saja.Misalnya dengan mengolah serealia dan umbi-umbian menjadi berbagai bentuk awetan yang mempunyai rasa khas dan tahan lama disimpan. Bentuk loan tersebut berupa tepung, gaplek, tapai, keripik dan lainya. Hal ini sesuai dengan program pemerintah khususnya dalam mengatasi masalah kebutuhan bahan pangan, terutama non-beras.

Ubi jalar merupakan salah satu jenis makanan yang mampu menunjangprogram perbaikan gizi masyarakat. Nilai kalorinya cukup tinggi, yaitu 123kalori/100 gram. Ubi jalar berkulit tipis dan berkadar air tinggi sehingga perlupenanganan secara seksama selama proses panen, dan pengangkutan sertapenyimpanan sebelum dimanfaatkan. Apabila kulit yang tipis tersebut rusak,maka akan mudah sekali mikroorganisme (bakteri, jamur, dll) masuk ke dalam umbi, sehingga seluruh bagian umbi akan cepat rusak.

Keripik ubi jalar adalah irisan ubi jalar yang telah digoreng sampai garing.Meskipun keripik ubi jalar mudah dibuat, keripik ubi jalar belum banyak diusahakan.

1.2. Tujuan
1. Mendirikan sebuah usaha yang memiliki potensi bisnis yang menjanjikan Sehingga dapat menambah penghasilan
2. Untuk memenuhi tuntutan pasar Konsumen khusunya akan kripik ubi dengan rasa manis

1.3. Gambaran umum Perusahaan

Nama perusahan      : Danar Kripik Ubi
Alamat Perusahaan : Kampung Talun No.13 Desa Mekarsari Kecamtan Cimaung Kabupaten Bandung
Nama Pemilik : Herisman
Bidang Usaha : Pembuatan Kripik Ubi Home Industri


BAB II
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN


2.1. Segmentasi Pasar
Jenis Konsumen
 Pegawai Direktorat Poltekkes sebanyak 47 Orang
Yang dibidik (pasar pertama) adalah Pegawai Direktorat Poltekkes di karena produk belum banyak dipasaran dengan jumlah konsumen 47 orang

2.2. Uji Pasar
Konsumen sebanyak 47 orang

Pengambilan Sampel dari Populasi
N = 47
1. Rumus Proporsional :
n =10 % dari Jumlah Konsumen
n = 10 % x 47 = 4,7 5 Orang


Dari hasil Check-list Survey Penjualan didapat bahwa alasan mereka membeli produk adalah Rasanya enak, mau mencoba . Kemudian dari hasil survey didapat juga alasan mereka tidak membeli produk adalah mereka sudah kenyang, terlalu keras, tidak suka yang manis, tidak suka.

Hasil Uji Pasar (HUP)

Jumlah sampel yang membeli : 7 Orang
Jumlah sampel : 15 Orang

Melihat UHP ini, maka dalam penjualan perdana atau dalam berproduksi penuh (full product) yang pertama, jumlah produknya sebaiknya 31,5 % saja dari seluruh peluang bisnis yang ada atau sebanyak

BAB III
ASPEK TEKNIS DAN TEKNOLOGI


3.1 Proses/ Sistem Produksi

BAHAN
1) Ubi jalar 10 kg
2) Minyak goreng 1 kg
3) Gula 2,5 Kg
4) Air 10 liter

ALAT
1) Pisau
2) Pengiris Ubi
3) Dandang
4) Ember
5) Tungku atau kompor
6) Tampah (nyiru)

CARA PEMBUATAN

1. Pengupasan dan pengirisan. Umbi dicuci, kemudian dikupas. Umbi yang telah dikupas, tapi tidak langsung diproses lebih lanjut harus direndam didalam air. Setelah itu umbi diiris tipis-tipis.
2. Pemasakan ringan. Air dipanaskan sampai suhu 90°C. Ke dalamdimasukkan garam (10 gram garam untuk 1 liter air). Kemudian iris umbiyang telah ditiriskan dimasukkan ke dalam air tersebut, dan diaduk pelanpelan.Tidak lama kemudian (1-2 menit), irisan umbi segera diangkat danditiriskan.
3. Penggorengan. Irisan umbi digoreng di dalam minyak panas (170°C) sampai garing.
4. Penggulaan. Untuk mendapatkan keripik manis, lakukan penggorengan diulang. Kedalam minyak agak panas (suhu 110°C) dimasukkan gula halus (50 gram gula untuk setiap 1 liter minyak), da diaduk agar gula mencair.Setelah itu, keripik yang telah garing dimasukkan ke dalam minyak, diaduk dengan pelan, dan segera diangkat untuk ditiriskan dan didinginkan.
5. Pengemasan. Keripik matang harus disimpan pada wadah tertutup. Keripik dapat dikemas di dalam kantong plastik, atau kotak kaleng. Kemasan harus ditutup rapat sehingga tidak dapat dimasuki oleh uap air dan udara luar.

3.2. Promosi
Promosi pemasaran dari kripik ubi menggunakan leafleat yang di sebarkan di lingkungan Direktorat Poltekkes Bandung.

BAB IV
ASPEK MANAJEMEN OPERASIONAL



1.1 Analisis Kekuatan, Kelemahan , Peluang dan Ancaman (SWOT)
A. Kekuatan :
1. Produksi tidak sulit/ mudah
2. Biaya produksi tidak terlalu mahal
B. Kelemahan
Banyak Orang Yang belum mengenal/ mengetahui
C. Peluang
Belum banyak pesaing
D. Ancaman
Dikhawatirkan produk tidak disukai Konsumen

1.2 Analisis Aspek Sumber Daya Manusia
Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk Home industri ini terdiri dari 1 orang bertugas mengolah ubi menjadi keripik ubi
Adapaun Job Analis Dan Deskripsi tenaga kerja
Mengolah Ubi menjadi kripik ubi dari mulai proses pengupasan, pengirisan, penggorengan dan pengepakan

BAB V
ASPEK EKONOMI DAN KEUANGAN

5.1 Pengeluaran
A. Bahan
No Kegiatan Satuan Harga Jumlah
1 2 3 4 5
1 Ubi Jalar 10 Kg Rp 10.000 Rp 10.000
2 Gula 2,5 Kg Rp 6.500 Rp 15.500
3 Minyak 1 Kg Rp 11.000 Rp 11.000
4 Plastik 1 Pak Rp 4.000 Rp. 4.000
Jumlah Rp 40.500

B. Biaya Tetap
No Kegiatan Satuan Harga Jumlah
1 2 3 4 5
1 Pisau 2 buah Rp 10.000 Rp 20.000
2 Pengiris Ubi 1 buah Rp 50.000 Rp 50.000
3 Dandang/ katel 1 buah Rp 50.000 Rp 50.000
4 Katel/ Wajan 2 buah Rp 75.000 Rp 150.000
5 Ember 2 buah Rp 10.000 Rp 20.000
6 Tungku atau kompor 1 buah Rp 100.000 Rp 100.000
7 Tampah (nyiru) 3 buah Rp 40.000 Rp 120.000
Jumlah Rp 290.000

5.2 Pendapatan
Jumlah yang dihasilkan dari bahan ubi 10 Kg sebanyak 5 Kg Kripik ubi.
Harga Jual Per Kg : Rp 10.000,- / Kg
Harga Jual per 100 gr : Rp 1000/ 100 gr

Jadi dari 5 Kg Kripik Ubi didapat Rp 50.000,-

5. 2 BEP

Harga Jual 1 Kg kripik Ubi : Rp. 10.000,-
Harga Sebenarnya : Rp 8.100,-
Biaya Tetap : Rp 290.000,-

Usaha ini akan kembali modal awal jika menghasilkan produk sebanyak 1536.3 Kg atau sebesar Rp. 1.526.315,-


BAB VI
KESIMPUALAN DAN REKOMENDASI

7.1 Kesimpulan

Dari hasil Studi kelayanan dilihat dari aspek Pasar dan Pemasaran, Aspek Teknis dan Teknologi, Aspek Manajemen Operasional, Aspek Ekonomi dan Keuangan dan Aspek Yuridis bahwa KRIPIK UBI layak dijadikan kewirausahan

7.2 Rekomendasi

Untuk mengembangkan usaha ini lebih besar perlu tambahan modal yang cukup sehingga usaha ini dapat berkembang menjadi lebih besar.


BAB VIII
PENUTUP


Semoga hasil studi kelayanan ini dapat menjadi acuan dalam proses pelaksanaan nanti. Dan dapat berjalan dengan lancar tanpa halanngan apapun , sehingga dapat berkembang lebih baik dan lebih besar


Selanjutnya......

Contoh Studi Kelayakan bisnis

BUDI DAYA LOBSTER AIR TAWAR (LAT) - KAJIAN DARI ASPEK KEUANGAN
 
Posted January 1st, 2008 by KUSMAWANTI
Studi Kelayakan Bisnis

BAB I
PENDAHULUAN


1.1. LATAR BELAKANG

Melihat kondisi perekonomian Indonesia yang semakin hari semakin sulit, kita jangan hanya terpaku meratapi nasib sambil terus mengharap bantuan dari pemerintah. Sebenarnya banyak sekali peluang yang bisa kita ambil apabila kita mau berusaha. Dalam memilih suatu usaha atau bisnis hendaknya memperhatikan segala aspek dan kemungkinan-kemungkinan terjadi yang terkait. Diantaranya adalah aspek pasar dan pemasarannya, aspek teknis dan produksi, aspek manajemen dan organisasi, aspek hukum, aspek sosial ekonomi, aspek AMDAL dan aspek keuangan. Ketika suatu bisnis sudah direncanakan dengan sempurna maka hasilnya pun kemungkinan besar akan sempurna juga.
Seperti halnya dengan usaha bisnis yang satu ini, “Budidaya Lobster Air Tawar”. Dilihat dasri aspek pasarnya, lobster air tawar (untuk selanjutnya disingkat dengan LAT) mempunyai pangsa pasar yang menjanjikan saat ini. Dengan tingkat harga yang cukup tinggi dan permintaan yang relatif banyak, komoditas ini menjadi lahan bisnis yang menarik. Saat ini harga jual LAT sekitar Rp. 250.000,00 per kilogramnya, biasanya setiap kilogramnya berisi sekitar 12 ekor. Biasanya LAT ini banyak dipesan oleh hotel-hotel berbintang untuk konsumsi. Namun cukup disayangkan permintaan konsumen tidak dapat dipenuhi maksimal karena minimnya jumlah petani yang membudidayakan LAT ini dan masih banyak yang memusatkan perhatian pada produksi bibit dimana permintaannya pun cukup tinggi. Sehingga sampai saat ini, ambillah contoh permintaan dari salah satu hotel di Jogyakarta sebesar 2 kg per minggu pun belum berani disanggupi. Jadi kita masih mempunyai peluang untuk mengisi pangsa pasar sebesar 40 %. Sedangkan untuk pemasarannya tidak terlalu sulit, karena tidak hanya di dalam negeri saja namun juga di luar negeri lobster air tawar banyak digemari, dimana LAT ini pertama kali dikembangkan di Australia. Hal ini dikarenakan menurut penelitian diketahui bahwa lobster jenis ini mempunyai kandungan gizi yang tinggi. Selain itu di dalam lobster air tawar tidak mengandung kolesterol seperti yang ada di lobster air laut biasanya. Ini merupakan salah satu keunggulan tersendiri bagi LAT dibandingkan dengan jenis lain, karena seperti diketahui bahwa kolesterol itu tidak baik untuk kesehatan. Satu hal lagi yang perlu diperhatikan sebagai bahan pertimbangan adalah Penadah Tetap hasil budidaya ini sudah ada, yaitu “Nail Farm” yang berlokasi di daerah dekat kampus Uniga Malang.
Pemeliharaan LAT ini relatif mudah, hewan ini tidak memerlukan perlakuan khusus yang rumit. Meskipun tingkat pertumbuhannya tidak sepesat lobster air laut, namun komoditas ini juga mempunyai prospek yang menjanjikan. Dampak lingkungan yang ditimbulkan dari usaha ini hampir tidak ada, karena hanya berupa bekas air pemeliharaan. Sehingga tentunya akan mempermudah dalam pengurusan ijin AMDAL-nya. Satu lagi tidak kalah pentingnya adalah Keuangan. Dana yang dibutuhkan untuk memulai usaha ini tidaklah besar, namun usaha ini dapat menghasilkan untung yang luar biasa besarnya..

1.2. TUJUAN

Tujuan umum dari pelaksanaan proyek proposal ini adalah sebagai berikut:
1. Mendirikan sebuah usaha yang memiliki potensi bisnis yang menjanjikan sehingga dapat menambah penghasilan.
2. Mengembangkan usaha budidaya LAT menjadi komoditi unggulan daerah.
3. Sebagai salah satu syarat untuk mengajukan Kredit Usaha Kecil (KUK) kepada lembaga keuangan yang terkait.

1.3. MANFAAT

Manfaat secara umum yang diharapkan dari perealisasian Proposal Studi Kelayakan Bisnis pendirian usaha Budidaya LAT ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Pemilik
• Ada tambahan dana segar untuk segera merealisasikan rencana usaha budi daya lobster air tawar ini.
• Tercapainya cita-cita untuk mendirikan sebuah usaha yang mandiri dan tangguh di tengah-tengah keadaan perekonomian seperti ini.
• Menambah pendapatan per kapita yang nantinya juga akan menambah pendapatan nasional.
2. Bagi Masyarakat
• Menambah variasi pola konsumsi masyarakat konsumen.
• Menjadi motivasi untuk mendirikan usaha yang sejenis, dimana nantinya diharapkan semakin banyak bermunculan wirausahawan tangguh dan ulet.
• Menjadikan usaha Budidaya LAT ini komoditi unggulan daerah.
• Perekrutan karyawan baru yang nantinya diharapkan akan membantu mengurangi jumlah angka pengangguran.
3. Bagi Pemerintah
• Mencoba menciptakan para wirausahawan baru yang handal, sehingga nantinya akan tercipta lapangan pekerjaan baru secara otomatis.
• Mengurangi jumlah angka pengangguran di Indonesia yang setiap tahun selalu bertambah.

1.4. METODE
1.4.1. Metode Pengumpulan Data
Segala informasi yang diperlukan dalam penyusunan proposal ini berupa data primer dan sekunder. Data-data primer diperoleh dengan peninjauan langsung ke pengusaha budidaya LAT “NAIL FARM” yang ada di daerah Joyo Sari-Dinoyo-Malang. Sementara untuk data-data sekunder diperoleh dari internet maupun buku-buku.
1.4.2. Metode Pembahasan
Sebenarnya metode pembahasan yang digunakan untuk merencanakan sebuah usaha adalah banyak sekali jenisnya. Namun metode pendekatan yang akan digunakan dalam proposal ini hanya sebatas pada “Aspek Keuangan” saja. Dimana nantinya akan diuraikan tentang perhitungan Cash flow, NPV dan BEP-nya.


Selanjutnya......

2.20.2008

SELAMAT DATANG



ini adalah blog komunitas masyarakat program D4 Gizi Politeknik Kesehatan Bandung

disini bisa ditemukan semua bahan materi perkuliahan, tugas-tugas, profil mahasiswa, dan banyak lagi pokoknya selamat menikmati semuanya ..............................................................



Selanjutnya......