7.06.2008

NCP (Nutrition Care Process)

NCP adalah suatu metoda problem solving yang sistematis, menggunakan cara berpikir kritis dalam membuat keputusan menangani berbagai masalah yang berkaitan dengan gizi dan memberikan asuhan gizi yang aman, efektif dan berkualitas tinggi.

NCP
merupakan cara pemecahan masalah gizi yang sangat efektif dan sistematis, karena proses yang ditempuh dalam NCP melalui tahapan-tahapan yang terstruktur dan sistematis, dimana untuk menentukan pemecahan masalah gizi harus melalui 4 tahap dan masing-masing tahapan sangat diperlukan pemikiran yang kritis dan mendalam.Tahapan yang harus ditempuh meliputi Assesment Nutrisi ( Nutrition Assesment), Diagnosa Nutrisi ( Nutrition Diagnosis), Intervensi Nutrisi ( Nutrition Intervention) dan Monitoring dan Evaluasi ( Nutrition Monitoring and Evaluation)

Berikut ini Handouts from the 2007 ArDA Annual Meeting

1. Nutrition Screening and Assessmen" download

2. Nutrition Care Process with Case Studies HIV Care download

3. Artikel: Nutrition Care Process dan Model bagian 1 download

4. Artikel :Nutrition Care Process dan standarisasi bahasa download

5. Nutrition Asessment (word) download

6. Nutrition Diagnosis (word) download

7. Nutrition Intervensi (word) download

8. Nutrition Monitoring dan Evaluasi (word) download


Selanjutnya......

6.01.2008

Logo Poltekkes


silahkan copy logo Poltekkes disini

Selanjutnya......

4.29.2008

SEBERAPA PENTINGKAH AIR LIUR ?

Air liur memang terlihat atau terdengar menjijikkan bagi kebanyakan orang. Tetapi tahukah anda bahwa air liur yang setiap harinya diproduksi tanpa henti ini mempunyai banyak peran yang jarang kita bayangkan?

Air liur atau saliva sebagian besar diproduksi oleh 3 (tiga) kelenjar utama yaitu : (1) kelenjar parotis, (2) kelenjar sublingual dan (3) kelenjar submandibula. Volume air liur yang diproduksi bervariasi yaitu 0,5 – 1,5 Liter setiap harinya tergantung pada tingkat perangsangannya.


Air liur atau saliva mengandung dua tipe pengeluaran atau sekresi cairan yang utama yaitu : (1) sekresi serus yang mengandung ptyalin (suatu alfa amylase) yang merupakan enzim untuk mencernakan karbohidrat. (2) sekresi mucus yang mengandung musin untuk tujuan pelumasan atau perlindungan permukaan yang sebagian besar dihasilkan oleh kelenjar parotis. Cairan tipe mucus ini disekresikan atau dikeluarkan setiap detik sepanjang waktu kecuali saat tidur yang produksinya lebih sedikit.

Dalam hal pencernaan air liur berperan dalam membantu pencernaan karbohidrat. Karbohidrat atau tepung sudah mulai dipecah sebaagian kecil dalam mulut oleh enzim ptyalin. Enzim dalam air liur ini memecah tepung (amylum) menjadi disakarida maltosa dan polimer glukosa kecil lainnya. Jika kita mengunyah nasi saja yang terasa tawar lama-kelamaan akan terasa manis akibat pecahnya zat tepung menjadi maltosa yang rasanya manis.

Selain dalam pencernaan air liur juga berperan dalam kebersihan mulut. Sekresi saliva terutama tipe mucus penting dalam mempertahankan kesehatan jaringan rongga mulut. Rongga mulut berisi bakteri atau kuman patogen (merugikan) yang dengan mudah merusak jaringan dan menimbulkan karies gigi (gigi berlubang). Air liur mencegah kerusakan dengan beberapa cara. Pertama, irigasi aliran air liur itu sendiri membantu membuang bakteri atau kuman patogen juga pertikel makanan yang memberi dukungan nutrisi metabolik bagi bakteri itu sendiri. Kedua, air liur mengandung beberapa faktor yang menghancurkan bakteri salah satunya adalah ion tiosianat dan beberapa cairan proteolitik terutama lisosim yang (1) menghancurkan bakteri, (2) membantu ion tiosianat membunuh bakteri, (3) mencerna partikel makanan. Dan yang ketiga, air liur mengandung antibody protein yang menghancurkan bakteri.

Oleh karena itu pada keadaan tidak ada saliva, jaringan rongga mulut mudah rusak terinfeksi dan karies gigi akan meluas. (hw)

Sumber :
Guyton & Hall, Textbook of Medical Physiology.
Despopoulos & Agamemnon, Color Atlas of Physiology.
Achmad Djaeni Sediaoetama, Ilmu Gizi.
Sobotta's Atlas of Human Anatomy

Selanjutnya......

Kapan uji t 1-arah, kapan uji t 2-arah?

Uji t 2-arah digunakan apabila peneliti tidak memiliki informasi mengenai arah kecenderungan dari karakteristik populasi yang sedang diamati. Sedangkan uji t 1-arah digunakan apabila peneliti memiliki informasi mengenai arah kecenderungan dari karakteristik populasi yang sedang diamati. Contoh dibawah ini mungkin dapat mengilustrasikannya.

Kasus 1: Seorang peneliti ingin mengetahui rata-rata uang saku mahasiswa Univ X perbulan. Menurut isu yang berkembang, rata-rata uang saku yang dimiliki mahasiwa univ X LEBIH BESAR DARI Rp. 500 ribu/bulan. Untuk itu dilakukan penelitian dengan mengambil 50 sampel mahasiswa secara acak.

kasus 2: Seorang peneliti ingin mengetahui rata-rata uang saku mahasiswa Univ X perbulan. Menurut isu yang berkembang, rata-rata uang saku mahasiswa univ X adalah SEKITAR Rp.500 ribu /bulan. Untuk itu dilakukan penelitian dengan mengambil 50 sampel mahasiswa secara acak.

Sekarang saya meminta pembaca mencermati kedua kasus di atas. Pada kasus 2, terdapat kata SEKITAR, sedangkan pada kasus 1 terdapat kata LEBIH BESAR DARI. Coba bayangkan sebuah garis lurus horizontal. Dan letakkan titik 500 ribu di tengah2nya. Kata LEBIH BESAR DARI mengandung informasi bahwa pada garis horizontal tersebut, rata-rata uang saku mahasiswa Univ X terletak diantara titik 500ribu ke arah kanan. Sedangkan kata SEKITAR berarti rata-rata uang saku mahasiswa pada kasus 2 berada disekitar (baik ke arah kiri atau ke arah kanan) dari titik 500ribu.

Dengan demikian, pada kasus 2 tidak terdapat 2 kemungkinan kecenderungan/arah, sedangkan pada kasus 1 terdapat 1 kecenderungan arah (ke kanan). Oleh karena itu, uji-t yang tepat untuk kasus 1 adalah uji-t 1-arah (pada H1 menggunakan tanda pertidaksamaan LEBIH BESAR), sedangkan pada kasus 2 adalah uji-t 2-arah (pada H1 menggunakan tnda pertidaksamaan “TIDAK SAMA DENGAN”).

Download
http://ineddeni.files.wordpress.com/2008/03/uji-t-berpasangan.pdf

Selanjutnya......

4.14.2008

Psikologi Olahraga & Psikologi Latihan

Monty P.Satiadarma

Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara Jakarta

Sekalipun Weinberg dan Gould (1995) memberikan pandangan yang hampir serupa atas psikologi olahraga dan psikologi latihan (exercise psychology), karena banyak kesamaan dalam pendekatannya, beberapa peneliti lain (Anshel, 1997; Seraganian, 1993; Willis & Campbell, 1992) secara lebih tegas membedakan psikologi olahraga dengan psikologi latihan. Weinberg dan Gould, (1995) mengemukakan bahwa psikologi olahraga dan psikologi latihan memiliki dua tujuan dasar:
mempelajari bagaimana faktor psikologi mempengaruhi performance fisik individu
memahami bagaimana partisipasi dalam olahraga dan latihan mempengaruhi perkembangan individu termasuk kesehatan dan kesejahteraan hidupnya

Di samping itu, mereka mengemukakan bahwa psikologi olahraga secara spesifik diarahkan untuk:
membantu para professional dalam membantu atlet bintang mencapai prestasi puncak
membantu anak-anak, penderita cacat dan orang tua untuk bisa hidup lebih bugar
meneliti faktor psikologis dalam kegiatan latihan dan
memanfaatkan kegiatan latihan sebagai alat terapi, misalnya untuk terapi depressi (Weinberg & Gould, 1995).

Sekalipun belum begitu jelas letak perbedaannya, Weiberg dan Gould (1995)telah berupaya untuk menjelaskan bahwa psikologi olahraga tidak sama dengan psikologi latihan. Namun dalam prakteknya biasanya memang terjadi saling mengisi, dan kaitan keduanya demikian eratnya sehingga menjadi sulit untuk dipisahkan. Tetapi Seraganian (1993) serta Willis dan Campbell (1992) secara lebih tegas mengemukakan bahwa secara tradisional penelitian dan praktik psikologi olahraga diarahkan pada hubungan psikofisiologis misalnya responsi somatik mempengaruhi kognisi, emosi dan performance. Sedangkan psikologi latihan diarahkan pada aspek kognitif, situasional dan psikofisiologis yang mempengaruhi perilaku pelakunya, bukan mengkaji performance olahraga seorang atlet. Adapun topik dalam psikologi latihan misalnya mencakup dampak aktivitas fisik terhadap emosi pelaku serta kecenderungan (disposisi) psikologi, alasan untuk ikut serta atau menghentikan kegiatan latihan olahraga, perubahan pribadi sebagai dampak perbaikan kondisi tubuh atas hasil latihan olahraga dan lain sebagainya (Anshel, 1997).

Jelaslah kini bahwa psikologi olahraga lebih diarahkan para kemampuan prestatif pelakunya yang bersifat kompetitif; artinya, pelaku olahraga, khususnya atlet, mengarahkan kegiatannya olahraganya untuk mencapai prestasi tertentu dalam berkompetisi, misalnya untuk menang. Sedangkan psikologi laithan lebih terarah pada upaya membahas masalah-masalah dampak aktivitas latihan olahraga terhadap kehidupan pribadi pelakunya. Dengan kata lain, psikologi olahraga lebih terarah pada aspek sosial dengan keberadaan lawan tanding, sedangkan psikologi latihan lebih terarah pada aspek individual dalam upaya memperbaiki kesejahteraan psikofisik pelakunya.

Sekalipun demikian, kedua bidang ini demikian sulit untuk dipisahkan, karena individu berada di dalam konteks sosial dan sosial terbentuk karena adanya individu-individu. Di samping itu kedua bidang ini melibatkan aspek psikofisik dengan aktivitas aktivitas yang serupa, dan mungkin hanya berbeda intensitasnya saja karena adanya faktor kompetisi dalam olahraga.

Sejarah Psikologi Olahraga di Indonesia

Jadi, di satu pihak seorang praktisi psikolog yang memiliki ijin praktik belum tentu memiliki cukup pengetahuan ilmu keolahragaan, di lain pihak, pakar keolahragaan tidak dibekali pendidikan khusus psikoterapi dan konseling. Akibatnya, sampai saat ini masih terjadi kerancuan akan siapa sesungguhnya yang berhak memberikan pelayanan sosial dalam bidang psikologi olahraga. Idealnya adalah seorang konsultan atau psikoterapis memperoleh pelatihan khusus dalam bidang keolahragaan; sehingga sebagai seorang praktisi ia tetap berada di atas landasan professinya dengan mengikuti panduan etika yang berlaku, dan di samping itu pengetahuan keolahragaannya juga cukup mendukung latar belakang pendidikan formalnya.

Dalam upaya mengatasi masalah ini IPO sebagai asosiasi psikologi olahraga nasional tengah berupaya menyusun ketentuan tugas dan tanggung jawab anggotanya. Di samping itu, IPO juga tengah berupaya menyusun kurikulum tambahan untuk program sertifikasi bagi para psikolog praktisi yang ingin memberikan pelayanan sosial dalam bidang psikologi olahraga. Kurikulum tersebut merupakan bentuk spesialisasi psikologi olahraga yang meliputi: 1) Prinsip psikologi olahraga, 2) Peningkatan performance dalam olahraga, 3) Psikologi olahraga terapan, 4) Psikologi senam.

Masalah lain yang juga kerapkali timbul dalam penanganan aspek psikologi olahraga adalah dalam menentukan klien utama. Sebagai contoh misalnya pengguna jasa psikolog dapat seorang atlet, pelatih, atau pengurus. Kepada siapa psikolog harus memberikan pelayanan utama jika terjadi kesenjangan misalnya antara atlet dan pengurus, padahal psikolog dipekerjakan oleh pengurus untuk menangani atlet, dan atlet pada saat tersebut adalah pengguna jasa psikologi. Di satu pihak psikolog perlu menjaga kerahasiaan atlet, di lain pihak pengurus mungkin mendesak psikolog untuk menjabarkan kepribadian atlet secara terbuka demi kepentingan organisasi. Sachs (1993) menawarkan berbagai kemungkinan seperti misalnya menerapkan perjanjian tertulis untuk memberikan keterangan; namun demikian, jika atlet mengetahui bahwa pribadinya akan dijadikan bahan pertimbangan organisasi, ia mungkin cenderung akan berperilaku defensif, sehingga upaya untuk memperoleh informasi tentang dirinya akan mengalami kegagalan. Karenanya, seorang psikolog harus dapat bertindak secara bijaksana dalam menangani masalah ini, demikian pula, hendaknya seorang pelatih yang kerapkali bertindak selaku konsultan bagi atletnya kerap kali harus mampu melakukan pertimbangan untuk menghadapi masalah yang serupa.

Atlet, Pelatih, & Lingkungan

Atlet, pelatih dan lingkungan merupakan tiga aspek yang berkaitan satu sama lain dalam membicarakan psikologi olahraga dan psikologi senam. Istilah atlet tidak terbatas pada individu yang berprofesi sebagai olahragawan, tetapi juga mencakup individu secara umum yang melakukan kegiatan olahraga. Pelatih harus dibedakan dari sekedar instruktur, karena pelatih tidak hanya mengajarkan atlet bagaimana melakukan gerakan-gerakan olahraga tertentu, tetapi juga mendidik atlet untuk memberikan respon yang tepat dalam bertingkah laku di dalam dan di luar gelanggang olahraga. Lingkungan tidak terbatas pada lingkungan fisik semata-mata tetapi juga lingkungan sosial masyarakat, termasuk di dalamnya lingkungan kehidupan tempat atlet tinggal.

Atlet, pelatih dan lingkungan adalah tiga aspek yang merupakan suatu kesatuan yang menentukan athletic performance. Istilah atlethic performance agak sulit untuk diterjemahkan karena merupakan suatu istilah spesifik yang tidak bisa disamakan artinya dengan misalnya perilaku atletik.

Atlet

Seorang atlet adalah individu yang memiliki keunikan tersendiri. Ia memiliki bakat tersendiri, pola perilaku dan kepribadian tersendiri serta latar belakang kehidupan yang mempengaruhi secara spesifik pada dirinya. Sekalipun dalam beberapa cabang olahraga atlet harus melakukannya secara berkelompok atau beregu, pertimbangan bahwa seorang atlet sebagai individu yang unik perlu tetap dijadikan landasan pemikiran. Karena, misalnya di dalam olahraga beregu, kemampuan adaptif individu untuk melakukan kerjasama kelompok sangat menentukan perannya kelak di dalam kelompoknya.

Adalah sesuatui hal yang mustahil untuk menyamaratakan kemampuan atlet satu dengan lainnya, karena setiap individu memiliki bakat masing-masing. Bakat yang dimiliki atlet secara individual ini lah yang sesungguhnya layak untuk memperoleh perhatian secara khusus agar ia dapat memanfaatkan potensi-potensinya yang ada secara maksimum.

Namun demikian, keunikan individu seorang atlet seringkali disalahartikan sebagai perilaku menyimpang (Anshel, 1997). Sebagai contoh petenis John McEnroe menggunakan perilaku marahnya untuk membangkitkan semangatnya. Namun bagi mereka yang tidak memahami hal ini menganggap McEnroe memiliki kecenderungan pemarah. Masalahnya adalah mungkin perilaku marahnya dapat mengganggu lawan tandingnya sehingga hal ini dirasakan sebagai sesuatu yang kurang sportif untuk menjatuhkan mental lawan tandingnya. Demikian pula Monica Seles sering ditegur karena lenguhannya yang keras pada saat memukul bola, namun sesungguhnya hal ini merupakan keunikan perilakunya, dan karena tidak adanya aturan khusus untuk melarang hal tersebut, sebenarnya memang Seles tidak melakukan pelanggaran apapun. Adalah juga keliru menganggap bahwa setiap atlet membutuhkan masukan dari pelatihnya pada saat menjelang pertandingan. Karena ada atlet-atlet yang lebih cendeung memilih untuk berada sendiri daripada ditemani oleh orang lain. Jadi, setiap atlet memiliki ciri khas masing-masing, dan tidak bisa dilakukan penyamarataan dalam melakukan pendekatan terhadap atlet. Hal-hal seperti inilah yang perlu difahami oleh para pembina dalam membina para atletnya. Karena justru keunikan merekalah yang membuat mereka mampu berprestasi puncak. Sedangkan mereka yang tergolong "normal" memang hanya memiliki prestasi normal-normal (biasa-biasa) saja.

Pelatih

Pelatih, seperti telah disinggung di atas, bukan sekedar instruktur olahraga yang memberitahukan atlet cara-cara untuk melakukan gerakan tertentu dala olahraga. Pelatih juga merupakan tokoh panutan, guru, pembimbing, pendidik, pemimpin, bahkan tak jarang menjadi tokoh model bagi atletnya. Pelatih sendiri juga mungkin meniru gaya pelatih lain atau pelatih senior yang melatih dirinya. Ada pepatah asing yang mengatakan "monkey see, monkey do", artinya apa yang dilihat, itulah yang dikerjakan.

Selanjutnya......

4.13.2008

Kumpulan Artikel Penelitian

Download disini

Malaria
http://library.usu.ac.id/download/fk/penydalam-umar3.pdf target='_blank'

Perbandingan Status Gizi Balita dgn Antropometri
http://www.litbang.depkes.go.id/~djunaedi/index2.php?option=content&do_pdf=1&id=70

HUBUNGAN INFEKSI MALARIA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DAERAH ENDEMIS MALARIA
KABUPATEN PURWOREJO
http://www.mkia-kr.ugm.ac.id/files/5th/Nurhadimuda.pdf

Selanjutnya......

Perubahan Fisiologis dan Hormonal pada Kehamilan

George Adriaansz

Penentuan dan dugaan terhadap kehamilan sangat terkait dengan pengetahuan tentang fisiologi awal kehamilan. Pengenalan ini juga penting bagi penapisan terhadap kelainan yang mungkin terjadi selama kehamilan. Tanda-tanda presumtif adalah perubahan fisiologi pada ibu atau seorang perempuan yang mengindikasikan bahwa ia telah hamil. Tanda-tanda tidak pasti atau terduga hamil adalah perubahan anatomi dan fisiologi selain dari tanda-tanda presumtif yang dapat dideteksi atau dikenali oleh pemeriksa. Tanda-tanda pasti kehamilan adalah data atau kondisi yang mengindikasikan adanya buah kehamilan atau bayi yang diketahui melalui pemeriksaan dan direkam oleh pemeriksa (misalnya: denyut jantung janin, gambaran sonogram janin, gerakan janin).2,3 Setelah ovum dikeluarkan dari folikel degraf matang di ovarium maka folikel ini akan berubah menjadi korpus luteum yang berperan dalam siklus menstruasi dan mengalami degenerasi setelah terjadinya menstruasi. Bila ovum dibuahi oleh spermatozoa maka korpus luteum akan dipertahankan oleh korionik gonadotropin yang dihasilkan oleh sinsitio trofoblas disekitar blastokist menjadi korpus luteum kehamilan.2,3 Progesteron yang dihasilkan oleh korpus luteum sangat diperlukan untuk menyiapkan proses implantasi pada dinding uterus dan proses kehamilan dalam trimester pertama sebelum nantinya fungsi ini diambil alih oleh plasenta pada trimester kedua. Progesteron yang dihasilkan dari korpus luteum juga menyebabkan pengingkatan suhu tubuh basal yang terjadi setelah ovulasi akan tetap bertahan.4 Kehamilan menyebabkan dinding dalam uterus (endometrium) tidak dilepaskan sehingga amenore atau tidak datangnya haid dianggap sebagai tanda dari kehamilan. Namun demikian, hal ini tidak dapat dianggap sebagai tanda pasti kehamilan karena amenore dapat juga terjadi pada beberapa penyakit kronik, tumor hipofise, perubahan faktor-faktor lingkungan, malnutrisi dan (yang paling sering) gangguan emosional terutama pada mereka yang tidak ingin hamil atau malahan, mereka yang ingin sekali hamil (dikenal dengan pseudocyesis atau hamil semu).2,3,4 Konsentrasi tinggi estrogen dan progesteron yang dihasilkan oleh plasenta menimbulkan perubahan pada payudara (tegang dan membesar), pigmentasi kulit dan pembesaran uterus. Adanya chorionic gonadotropin (hCG) digunakan sebagai dasar uji imunologik kehamilan. Chorionic somatotropin (Human Placental Lactogen/HPL) dengan muatan laktogenik akan merangsang pertumbuhan kelenjar susu di dalam payudara dan berbagai perubahan metabolik yang mengiringinya.4 Secara spesifik, estrogen akan merangsang pertumbuhan sistem penyaluran air susu dan jaringan payudara. Progesteron berperan dalam perkembangan system alveoli kelenjar susu. Hipertrofi alveoli yang terjadi sejak 2 bulan pertama kehamilan menyebabkan sensasi noduler pada payudara. Chorionic somatotropin dan kedua hormon ini menyebabkan pembesaran payudara yang disertai dengan rasa penuh atau tegang dan sensitif terhadap sentuhan (dalam dua bulan pertama kehamilan), pembesaran puting susu dan pengeluaran kolostrum (mulai terlihat atau dapat diekspresikan sejak kehamilan memasuki usia 12 minggu). Hipertrofi kelenjar sebasea berupa tuberkel Montgomery atau folikel disekitar areola mulai terlihat jelas sejak dua bulan pertama kehamilan. Pembesaran berlebihan dari payudara dapat menyebabkan striasi (garis-garis hipo atau hiperpigmentasi pada kulit). Selain membesar, dapat pula terlihat gambaran vena bawah kulit payudara.2,3 Pembesaran payudara sering dikaitkan dengan terjadinya kehamilan tetapi hal ini bukan merupakan petunjuk pasti karena kondisi serupa dapat terjadi pada pengguna kontrasepsi hormonal, penderita tumor otak atau ovarium, pengguna rutin obat penenang dan hamil semu (pseudocyesis). 2,3,5 Walaupun tidak diketahui secara pasti tetapi pigmentasi kulit terjadi akibat efek stimulasi melanosit yang dipicu oleh peningkatan hormon estrogen dan progesteron. Bagian kulit yang paling sering mengalami hiperpigmentasi adalah puting susu dan areola disekitarnya serta umumnya pada linea mediana abdomen, payudara, bokong dan paha. Chloasma gravidarum adalah hiperpigmentasi pada area wajah (dahi, hidung, pipi dan leher). Area atau daerah kulit yang mengalami hiperpigmentasi akan kembali menjadi normal setelah kehamilan berakhir. Pengecualian terjadi pada striae dimana area hiperpigmentasi akan memudar tetapi guratan pada kulit akan menetap dan berwarna putih keperakan.2,3 Hal lain yang terkait dengan perubahan hormonal dan dikaitkan dengan tanda kehamilan adalah rasa mual dan muntah yang berlebihan atau hiperemesis. Walaupun demikian, kondisi ini juga tidak dapat dikategorikan sebagai tanda pasti kehamilan karena berbagai penyebab metabolik lain dapat pula menimbulkan gejala yang serupa. Hiperemesis pada kehamilan digolongkan normal apabila terjadinya tidak lebih dari trimester pertama.2,3 Gejala metabolik lain yang dialami oleh ibu hamil dalam trimester pertama adalah rasa lelah atau fatique. Kondisi ini disebabkan oleh menurunnya Basal Metabolic Rate (BMR) dalam trimester pertama kehamilan. Dengan meningkatnya aktivitas metabolik produk kehamilan (janin) sesuai dengan berlanjutnya usia kehamilan maka rasa lelah yang terjadi selama trimester pertama akan berangsur-angsur menghilang dan kondisi ibu hamil akan menjadi lebih segar.2,3,4

Selanjutnya......

Metabolisme

Metabolisme merupakan modifikasi senyawa kimia secara biokimia di dalam organisme dan sel. Metabolisme mencakup sintesis (anabolisme) dan penguraian (katabolisme) molekul organik kompleks. Metabolisme biasanya terdiri atas tahapan-tahapan yang melibatkan enzim, yang dikenal pula sebagai jalur metabolisme. Metabolism total merupakan semua proses biokimia di dalam organisme. Metabolisme sel mencakup semua proses kimia di dalam sel. Tanpa metabolisme, makhluk hidup tidak dapat bertahan hidup.

Produk metabolisme disebut metabolit. Cabang biologi yang mempelajari komposisi metabolit secara keseluruhan pada suatu tahap perkembangan atau pada suatu bagian tubuh dinamakan metabolomika.

Jalur umum
Metabolisme karbohidrat
Metabolisme lemak
Metabolisme protein
Metabolisme asam nukleat


Katabolisme

Jalur katabolisme yang menguraikan molekul kompleks menjadi senyawa sederhana mencakup:
Respirasi sel, jalur metabolisme yang menghasilkan energi (dalam bentuk ATP dan NADPH) dari molekul-molekul bahan bakar (karbohidrat, lemak, dan protein). Jalur-jalur metabolisme respirasi sel juga terlibat dalam pencernaan makanan.
Katabolisme karbohidrat
Glikogenolisis, pengubahan glikogen menjadi glukosa.
Glikolisis, pengubahan glukosa menjadi piruvat dan ATP tanpa membutuhkan oksigen.
Jalur pentosa fosfat, pembentukan NADPH dari glukosa.
Katabolisme protein, hidrolisis protein menjadi asam amino.
Respirasi aerobik
Transpor elektron
Fosforilasi oksidatif
Respirasi anaerobik,
Daur Cori
Fermentasi asam laktat
Fermentasi
Fermentasi etanol

Anabolisme

Jalur anabolisme yang membentuk senyawa-senyawa dari prekursor sederhana mencakup:
Glikogenesis, pembentukan glikogen dari glukosa.
Glukoneogenesis, pembentukan glukosa dari senyawa organik lain.
Jalur sintesis porfirin
Jalur HMG-CoA reduktase, mengawali pembentukan kolesterol dan isoprenoid.
Metabolisme sekunder, jalur-jalur metabolisme yang tidak esensial bagi pertumbuhan, perkembangan, maupun reproduksi, namun biasanya berfungsi secara ekologis, misalnya pembentukan alkaloid dan terpenoid.
Fotosintesis
Siklus Calvin dan fiksasi karbon

Metabolisme obat

Jalur metabolisme obat, yaitu modifikasi dan penguraian obat-obatan dan senyawa ksenobiotik lainnya melalui sistem enzim khusus mencakup:
Sistem sitokrom P450 okidase
Sistem monooksigenase berkandungan flavin
Metabolisme alkohol

Metabolisme nitrogen

Metabolisme nitrogen mencakup jalur-jalur sirkulasi (turnover) dan ekskresi nitrogen dalam organisme maupun proses-proses biologis daur nitrogen di alam:
Daur urea, jalur penting ekskresi nitrogen dalam bentuk urea.
Fiksasi nitrogen biologis
Asimilasi nitrogen
Nitrifikasi
Denitrifikasi

Lain-lain
Metabolisme besi dalam tubuh manusia

Sejarah

Eksperimen terkontrol atas metabolisme manusia pertama kali diterbitkan oleh Santorio Santorio pada tahun 1614 di dalam bukunya, Ars de statica medecina yang membuatnya terkenal di Eropa. Dia mendeskripsikan rangkaian percobaan yang dilakukannya, yang melibatkan penimbangan dirinya sendiri pada sebuah kursi yang digantung pada sebuah timbangan besar (lihat gambar) sebelum dan sesudah makan, tidur, bekerja, berhubungan seksual, berpuasa makan atau minum, dan buang hajat. Dia menemukan bahwa bagian terbesar makanan yang dimakannnya hilang dari tubuh melalui perspiratio insensibilis (mungkin dapat diterjemahkan sebagai "keringatan yang tidak tampak"). Santorio Santorio dikenal dengan nama Santorio Santorii. Ayanhnya bernama Antonio Santori.

[sunting]
Lihat pula

Selanjutnya......

Interaksi Obat

Apakah Itu Interaksi Obat?

Takaran obat resep harus cukup tinggi untuk menyerang penyakit yang bersangkutan, tetapi cukup rendah agar menghindari munculnya efek samping yang berat. Obat lain, baik non-resep atau narkoba, jamu, atau bahkan makanan kadang kala mengakibatkan perubahan besar pada jumlah suatu obat dalam aliran darah kita. Hal ini diketahui sebagai ‘interaksi obat’. Interaksi obat adalah masalah yang penting karena tingkat obat yang terlalu tinggi dalam aliran darah dapat mengakibatkan efek samping yang berat. Sebaliknya tingkat obat yang terlalu rendah dapat berarti obat tersebut tidak berhasil.

Semua orang yang memakai obat antiretroviral (ARV) harus sangat waspada terhadap interaksi obat. Tentukan dokter mengetahui semua obat, suplemen dan jamu yang kita pakai.

Bagaimana Tubuh Kita Mengelola Obat-Obatan?

Tubuh kita mengenal obat sebagai ‘zat asing.’ Jadi obat diuraikan oleh tubuh, biasanya sebagai air seni atau kotoran (tinja). Banyak obat dikeluarkan tanpa perubahan oleh ginjal dalam air seni. Obat lain harus diuraikan oleh hati kita. Enzim di hati mengubah molekul obat, yang kemudian dikeluarkan dalam air seni atau tinja.

Waktu kita meminum pil, obat jalan dari perut ke usus dan kemudian masuk hati sebelum mengalir ke bagian tubuh yang lain. Jika obat mudah diuraikan oleh hati, hanya sedikit obat sampai ke tubuh.

Bagaimana Obat-Obatan Berinteraksi?

Interaksi obat yang paling umum melibatkan hati. Beberapa obat dapat memperlambat atau mempercepat proses enzim hati. Ini dapat mengakibatkan perubahan besar pada tingkat obat lain dalam aliran darah, jika obat tersebut diuraikan oleh enzim yang sama.

Beberapa obat memperlambat proses ginjal. Ini meningkatkan tingkat bahan kimia yang biasanya dikeluarkan oleh ginjal.

Mengapa Ada Masalah dengan Makanan?

Pil apa pun yang kita minum melalui perut kita, lalu diserap dan masuk ke aliran darah. Kebanyakan obat diserap lebih cepat jika perutnya kosong. Penyerapan lebih cepat adalah baik untuk beberapa obat, tetapi juga dapat mengakibatkan efek samping yang lebih berat. Beberapa obat harus dipakai dengan makanan agar diuraikan lebih lambat atau untuk mengurangi efek samping. Beberapa obat lain melarutkan dalam lemak, sehingga diserap lebih cepat. Oleh karena ini, ada obat yang harus dipakai dengan makanan berlemak agar cukup diserap. Namun hal ini juga dapat mengakibatkan efek samping yang lebih berat, misalnya untuk efavirenz.

Asam perut menguraikan beberapa obat, termasuk ddI. Tablet ddI asli termasuk dapar atau ‘buffer’ – bahan antiasam yang melindungi obat tersebut dari asam perut. Namun dapar tersebut mengganggu penyerapan indinavir, jadi ddI tidak boleh dipakai sekaligus dengan indinavir. Versi ddI baru (EC) lebih mudah dipakai.

Obat Apakah yang Mengakibatkan Interaksi Terbanyak?

Protease inhibitor (PI) dan NNRTI diuraikan oleh hati dan mengakibatkan banyak interaksi.

Beberapa jenis obat lain yang kemungkinan akan menimbulkan interaksi termasuk:
Obat antijamur dengan nama yang diakhiri dengan ‘azol’ (mis. flukonazol)
Beberapa antibiotik dengan nama yang diakhiri dengan ‘misin’ (mis. klindamisin)
Obat antiasam simetidin
Beberapa obat yang dipakai untuk mencegah konvulsi, termasuk fenitoin dan karbamazipin

Selanjutnya......

2.25.2008

Presisi & Akurasi Pengkajian Status Gizi

CARA PENGUKURAN ( WHO )

PENIMBANGAN BERAT BADAN

1. Letakkan timbangan digital ( Seca Scala) pada permukaan yang rata dan keras.
2. Cek timbangan, periksa apakah timbangan masih berfungsi dengan baik.
3. Pengukur meminta klien membuka jaket,sepatu/alas kaki, atau barang yang memberatkan.
4. Nyalakan ‘connector’ dan tunggu sampai angka menunjukkan Nol
5. Persilahkan klien naik ke atas timbangan tepat ditengah tempat pijakan.
6. Baca hasil,lalu catat.
7. Untuk menimbang bayi, setelah hasil timbangan ibu dicatat, kemudian normalkan timbangan seca sampai angka nol dan keluar tanda/gambar bayi.
8. Berikan bayi pada ibu kemudian baca hasil timbangan.
9. Catat hasil timbangan bayi.

Titik Kritis :
 Lepaskan sepatu dan benda yang bias memberatkan
 Posisi badan tegak
 Catat hasil timbangan dengan menggunakan alat yang ketelitiannya 0.1 kg.
 Untuk menimbang bb bayi,normalkan kembali setelah ibu di timbang.


PENGUKURAN PANJANG BADAN

  1. Siapkan alat pengukuran panjang badan,letakkan alat pada permukaan yang datar,lalu rangkai alat dengan benar.
  2. Tarik papan penggeser sampai menempel rapat ke dinding tempat menempelnya kepala.
  3. Beri alas pada papan tempat anak di baringkan.
  4. Lepas semua asesoris yang menempel di rambut agar tidak mengganggu pengukuran,
  5. Tidurkan bayi/ anak pada alat dengan posisi kepala menempel pada dinding papan atas.
  6. Tangan kiri pengukur memegang bagian lutut, tangan kanan memegang telapak kaki sampai berdiri, lalu geser alat sampai menekan telapak kaki bayi/anak.
  7. Asisten memegang bagian kepala anak agar menempel dinding bagian atas alat.
  8. Pandangan anak lurus, jika anak rewel minta bantuan kepada orang tua untuk mengajak bicara, sehingga pandangan lurus, antara mata dengan telinga membentuk 90 derajat.
  9. tekan lutut dan telapak kaki harus lurus, apabila telapak kaki anak tidak tegak, maka usap telapak kaki hingga kembali lurus.
  10. geser alat sampai menekan telapak kaki bayi/anak.
  11. baca hasil ukur dalam akurasi 1 m, dan catat

Titik Kritis :
  • Tenangkan bayi/anak.
  • Luruskan seluruh bagian tubuh dan lutut.
  • Posisi telapak kaki harus lurus/berdiri.
  • Catat PB ( cm ) dengan ketelitian 1mm.

PENGUKURAN TINGGI BADAN

  1. Siapkan alat pengukur tinggi badan, letakkan pada tempat yang rata.
  2. Klien diminta melepaskan sepatu/alas kaki, dan aksesoris pada rambut yang akan mengganggu pengukuran.
  3. Persilahkan klien untuk niak ke papan alas dan menempel membelakangi dinding.
  4. Aturlah telapak kaki klien agar menapak sempurna pada papan alas, dan kepala, bahu, pantat, betis serta tumit harus menempel pada dinding yang rata.
  5. Tangan kanan asisten memegang tumit serta tangan kiri menekan bagian perut ( bagi anak-anak ) dan suruh menarik nafas (orang dewasa )
  6. Pandangan klien harus tegak lurus.
  7. Ukur, dan catat hasil pengukuran dengan ketelitian alat 1 mm.

Titik Kritis :
 Buka alas kaki dan asesoris di kepala/rambut
 Berdiri sejajar ( tegak lurus ) dengan dinding pengukur.
 Perhatikan posisi kepala, pandangan harus lurus ke depan.
 Dewasa : dengan menarik nafas
Anak-anak : tekan pada bagian perut
 Catat hasil dengan ketelitian 1 mm.

LINGKAR KEPALA

1. Lingkarkan pita lingkar kepala pada kepala kepala anak
2. cek posisi pita
3. baca hasilnya, dan catat

Titik Kritis :
 lingkarkan pita lingkar kepala dengan tepat di kening.
 Cek posisi pita jangan sampai longgar
 Posisi pita ukur harus tepat pada bagian kepala yang paling menonjol
 Catat hasilnya dengan ketelitian 1 mm

LINGKAR LENGAN ATAS ( ANAK DAN DEWASA )

  1. Tetapkan posisi tengah pada lengan bagian atas.
  2. Lengan sebelah kiri di tekuk membentuk sudut 90 derajat
  3. Cari tulang bahu paling ujung lalu beri tanda.
  4. Ukur dari tulang bahu yang telah diberi tanda sampai siku, kemudian cari posisi tengahnya, lalu beri tanda.( dilihat dan di ukur dari posisi belakang lengan)
  5. Lalu ukur menggunakan pita lila, catat hasilnya.

LINGKAR LENGAN ATAS ( BAYI )

1. Tangan kiri anak harus dalam keadaan rileks atau santai
2. Cari titik tengahnya, dan beri tanda
3. Ukur posisi lengan dengan pita lila tanpa menekan jaringan kulit.
4. Catat hasilnya dengan ketelitian 1 mm

Titik Kritis:
 Menentukan tulang bahu sampai siku
 Menentukan titik tengah yang akan diukur
 Posisi pita tidak boleh menekan atau terlalu longgar pada pengukuran
 Ketelitian alat 1 mm

SKIN FOLDS
Triceps

  1. Pastikan ukuran pada posisi 0 ( nol )
  2. ukur dari tulang bahu yang telah diberi tanda sampai siku, kemudian cari posisi tengahnya, lalu beri tanda.( dilihat dan di ukur dari posisi belakang lengan)
  3. cubit menggunakan caliper, lalu tunggu 2 detik.
  4. Pastikan pada saat mengukur tebal lemak. Posisi mencubit 1 cm diatas bagian tubuh yang sudah ditandai ( pada lengan bagian belakang )
  5. catat hasil ukuran triceps dengan ketelitian 0.2 mm

Titik Kritis :
 Pastikan calliper pada posisi 0 (nol)
 Pada saat mengukur tebal lemak posisi mencubit 1 cm diatas bagian yang sudah ditandai.
 Pada saat mengukur tangan kanan yang menggunakan calliper
 Setelah mencubit dengan alat tunggu selama 2 detik
 Ketelitian alat yang digunakan 0.2 mm

Subscapular position
1. cari bagian bawah tulang punggung, lalu beri tanda.
2. cubit 1 cm diatas yang sudah diberi tanda
3. diamkan selama 2 detik, dan catat hasilnya dengan ketelitian alat 0.2 mm

Titik Kritis :
 Pastikan calliper pada posisi 0 (nol)
 Pada saat mengukur tebal lemak posisi mencubit 1 cm diatas bagian yang sudah ditandai.
 Pada saat mengukur tangan kanan yang menggunakan calliper
 Setelah mencubit dengan alat tunggu selama 2 detik
 Ketelitian alat yang digunakan 0.2 mm

CARA PENGUKURAN ( DEPKES)

TINGGI LUTUT

Posisi tidur
1. Pasien terlentang pada tempat tidur (usahakan posisi tempat tidur/kasur rata/horizontal)
2. Tempatkan alat penyangga diantara lipatan paha dan betis kaki kiri membentuk siku (900)
3. Beri bantuan dengan bantal pada bagian pantat pasien jika alat penyangga terlalu tinggi.
4. Telapak kaki pasien membentuk siku (sudut 900)
5. Pasang alat pengukur tepat pada telapak kaki bagian tumit dan lutut
6. baca angka (panjang lutut) pada alat secara seksama
7. Catat angka hasil pengukuran
8. lakukan pengukuran sebanyak 3 kali

Titik Kritis :
 Bila subjek pendek maka pada posisi pantat diberi bantalan sehingga meyesuaikan dengan alat
 Alas tidur harus datar

Posisi Duduk
1. Orang yang diukur duduk pada kursi
2. Posisi duduk sempurna (badan tegak, tangan bebas kebawah dan wajah menghadap kedepan)
3. Lutut kaki yang diukur membentuk sudut siku (900)
4. Tempatkan alat pengukur tinggi lutut pada kaki sebelah kiri
5. Lakukan pengukuran
6. Baca angka (panjang lutut) pada alat secara seksama
7. Catat angka hasil pengukuran
8. lakukan pengukuran sebanyak 3 kali

Titik Kritis :
  • posisi subjek harus tegak
  • pada saat melakukan pengukuran, pijakan kaki disesuaikan dengan kaki subjek setelah diberi alat bantu.
  • Pada saat menekuk kaki subjek membentuk sudut 90 derajat

PANJANG RENTANG TANGAN

  1. Subjek berdiri tegak lurus membelakangi dinding
  2. Untuk menjaga agar posisi subjek simetris, temapatkan alat bantu berupa pita yang menempel di dinding setinggi bahu subjek
  3. rentangkan kedua tangan subjek
  4. tempatkan pengukur panjang depa hingga tepat dari ujung jari tengah kedua tangan.
  5. ukur panjang depa subjek
  6. lakukan pengukuran sebanyak 3 kali
Titik Kritis :
  • Subjek berdiri tegak
  • Menggunakan alat bantu sehingga ketika subjek merentangkan tangan bisa dalam keadaan lurus
  • Pada saat pengukuran, alat ukur menyentuh kedua ujung jari tengah
  • Panjang alat yang digunakan 200 cm


SKIN FOLDS

Biceps
1. subjek berdiri tegak
2. tangan kiri ditekuk sampai posisi siku-siku
3. ukur panjang lengan atas dari posisi akromium sampai tulang siku bagian bawah dan
4. beri tanda pada posisi pertengahan antara kedua tulang tersebut
5. cubit dengan arah vertikal pada lengan atas sebelah depan
6. pastikan cubitan terasa tapi tidak sakit
7. pasang calliper, baca hasil pengukurannya
8. lakukan pengukuran sebanyak 3 kali

Titik Kritis :
 Pada saat menentukan titik tengah biceps yang akan diukur
 Pada saat mencubit untuk mencari lemak lengan bagian depan

Triceps

1. Subjek berdiri tegak
2. Tangan kiri ditekuk sampai posisi siku-siku
3. Ukur panjang lengan atas dari posisi akromium sampai tulang siku bagian bawah
4. Beri tanda pada posisi pertengahan antara kedua tulang tersebut
5. Cubit dengan arah vertikal pada lengan atas sebelah depan
6. Pastikan cubitan terasa tapi tidak sakit
7. Pasang calliper, baca hasil pengukurannya
8. Lakukan pengukuran sebanyak 3 kali

Titik kritis :
 Pada saat menentukan titik tengah triceps yang akan diukur
 Pada saat mencubit untuk mencari lemak lengan bagian belakang

Subskapular

  1. Subjek berdiri tegak
  2. Tangan kanan dilipat ke belakang
  3. Cubit dengan formasi miring bentuk sudut 45 derajat pada sepanjang garis klipart tepat dibawah skalpula dengan posisi 1 cm dibawah jari tangan pengukur yang mencubit
  4. Pasang calliper
  5. Baca hasil dengan ketelitian 1 mm kemudian
  6. Ulangi pengukuran sebanyak 3 kali.

Titik Kritis :
 Pada saat melakukan pengukuran, sebaiknya 1 cm di atas bagian yang sudah ditandai
 Ketelitian alat yang digunakan 1 mm

Suprailiaka

  1. Subjek berdiri tegak
  2. Cubit dengan formasi miring bentuk sudut 45 derajat ke arah belakang garis klipaksilaris dan keatas iliak dengan ukuran 1 cm dibawah jari tangan
  3. Pasang calliper
  4. Baca hasil dengan ketelitian 1 mm kemudian
  5. 5. Ulangi pengukuran sebanyak 3 kali.

Titik Kritis :
 Pada saat melakukan pengukuran, sebaiknya 1 cm di atas bagian yang sudah ditandai
 Ketelitian alat yang digunakan 1 mm

LILA

1. Subjek berdiri tegak
2. Tangan kiri ditekuk sampai posisi siku
3. Ukur panjang lengan atas di akromium sampai pada tulang siku bagian bawah
4. Beri tanda pada posisi tengah
5. Ukur posisi tengah dengan menggunakan pita lila
6. Baca hasil pengukuran
7. Lakukan pengukuran selama 3 kali

Titik Kritis:
 Menentukan tulang bahu sampai siku
 Menentukan titik tengah yang akan diukur
 Posisi pita tidak boleh menekan atau terlalu longgar pada pengukuran
 Ketelitian alat 1 mm


Presisi dan Akurasi

Pengukuran WHO lebih memenuhi presisi dan akurasi dibandingkan dengan beberapa pengukuran Depkes karena dilakukan pengukuran beberapa kali oleh orang yang berbeda. Selain itu alat yang digunakan selalu di terra lagi keakuratan alatnya sehingga kesalahan dalam pengukuran dapat diminimalisasikan.
Pengukuran yang biasa dilaksanakan yaitu gabungan antara pengukuran WHO dan Depkes diantaranya BB menggunakan timbangan digital, Tinggi badan menggunakan microthoise, lila menggunakan pita lila dengan cara pengukuran Depkes.


Selanjutnya......

2.24.2008

Studi Kelayakan Kripik Ubi

STUDI KELAYAKAN KRIPIK UBI
Oleh Herisman

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Serealia dan umbi-umbian banyak tumbuh di Indonesia. Produksi serealiaterutama beras sebagai bahan pangan pokok dan umbi-umbian cukup tinggi.Begitu pula dengan bertambahnya penduduk, kebutuhan akan serealia danumbi-umbian sebagai sumber energi pun terus meningkat. Tanaman dengankadar karbohidrat tinggi seperti halnya serealia dan umbi-umbian padaumumnya tahan terhadap suhu tinggi. Serealia dan umbi-umbian seringdihidangkan dalam bentuk segar, rebusan atau kukusan, hal ini tergantung dari selera.

Usaha penganekaragaman pangan sangat penting artinya sebagai usaha untukmengatasi masalah ketergantungan pada satu bahan pangan pokok saja.Misalnya dengan mengolah serealia dan umbi-umbian menjadi berbagai bentuk awetan yang mempunyai rasa khas dan tahan lama disimpan. Bentuk loan tersebut berupa tepung, gaplek, tapai, keripik dan lainya. Hal ini sesuai dengan program pemerintah khususnya dalam mengatasi masalah kebutuhan bahan pangan, terutama non-beras.

Ubi jalar merupakan salah satu jenis makanan yang mampu menunjangprogram perbaikan gizi masyarakat. Nilai kalorinya cukup tinggi, yaitu 123kalori/100 gram. Ubi jalar berkulit tipis dan berkadar air tinggi sehingga perlupenanganan secara seksama selama proses panen, dan pengangkutan sertapenyimpanan sebelum dimanfaatkan. Apabila kulit yang tipis tersebut rusak,maka akan mudah sekali mikroorganisme (bakteri, jamur, dll) masuk ke dalam umbi, sehingga seluruh bagian umbi akan cepat rusak.

Keripik ubi jalar adalah irisan ubi jalar yang telah digoreng sampai garing.Meskipun keripik ubi jalar mudah dibuat, keripik ubi jalar belum banyak diusahakan.

1.2. Tujuan
1. Mendirikan sebuah usaha yang memiliki potensi bisnis yang menjanjikan Sehingga dapat menambah penghasilan
2. Untuk memenuhi tuntutan pasar Konsumen khusunya akan kripik ubi dengan rasa manis

1.3. Gambaran umum Perusahaan

Nama perusahan      : Danar Kripik Ubi
Alamat Perusahaan : Kampung Talun No.13 Desa Mekarsari Kecamtan Cimaung Kabupaten Bandung
Nama Pemilik : Herisman
Bidang Usaha : Pembuatan Kripik Ubi Home Industri


BAB II
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN


2.1. Segmentasi Pasar
Jenis Konsumen
 Pegawai Direktorat Poltekkes sebanyak 47 Orang
Yang dibidik (pasar pertama) adalah Pegawai Direktorat Poltekkes di karena produk belum banyak dipasaran dengan jumlah konsumen 47 orang

2.2. Uji Pasar
Konsumen sebanyak 47 orang

Pengambilan Sampel dari Populasi
N = 47
1. Rumus Proporsional :
n =10 % dari Jumlah Konsumen
n = 10 % x 47 = 4,7 5 Orang


Dari hasil Check-list Survey Penjualan didapat bahwa alasan mereka membeli produk adalah Rasanya enak, mau mencoba . Kemudian dari hasil survey didapat juga alasan mereka tidak membeli produk adalah mereka sudah kenyang, terlalu keras, tidak suka yang manis, tidak suka.

Hasil Uji Pasar (HUP)

Jumlah sampel yang membeli : 7 Orang
Jumlah sampel : 15 Orang

Melihat UHP ini, maka dalam penjualan perdana atau dalam berproduksi penuh (full product) yang pertama, jumlah produknya sebaiknya 31,5 % saja dari seluruh peluang bisnis yang ada atau sebanyak

BAB III
ASPEK TEKNIS DAN TEKNOLOGI


3.1 Proses/ Sistem Produksi

BAHAN
1) Ubi jalar 10 kg
2) Minyak goreng 1 kg
3) Gula 2,5 Kg
4) Air 10 liter

ALAT
1) Pisau
2) Pengiris Ubi
3) Dandang
4) Ember
5) Tungku atau kompor
6) Tampah (nyiru)

CARA PEMBUATAN

1. Pengupasan dan pengirisan. Umbi dicuci, kemudian dikupas. Umbi yang telah dikupas, tapi tidak langsung diproses lebih lanjut harus direndam didalam air. Setelah itu umbi diiris tipis-tipis.
2. Pemasakan ringan. Air dipanaskan sampai suhu 90°C. Ke dalamdimasukkan garam (10 gram garam untuk 1 liter air). Kemudian iris umbiyang telah ditiriskan dimasukkan ke dalam air tersebut, dan diaduk pelanpelan.Tidak lama kemudian (1-2 menit), irisan umbi segera diangkat danditiriskan.
3. Penggorengan. Irisan umbi digoreng di dalam minyak panas (170°C) sampai garing.
4. Penggulaan. Untuk mendapatkan keripik manis, lakukan penggorengan diulang. Kedalam minyak agak panas (suhu 110°C) dimasukkan gula halus (50 gram gula untuk setiap 1 liter minyak), da diaduk agar gula mencair.Setelah itu, keripik yang telah garing dimasukkan ke dalam minyak, diaduk dengan pelan, dan segera diangkat untuk ditiriskan dan didinginkan.
5. Pengemasan. Keripik matang harus disimpan pada wadah tertutup. Keripik dapat dikemas di dalam kantong plastik, atau kotak kaleng. Kemasan harus ditutup rapat sehingga tidak dapat dimasuki oleh uap air dan udara luar.

3.2. Promosi
Promosi pemasaran dari kripik ubi menggunakan leafleat yang di sebarkan di lingkungan Direktorat Poltekkes Bandung.

BAB IV
ASPEK MANAJEMEN OPERASIONAL



1.1 Analisis Kekuatan, Kelemahan , Peluang dan Ancaman (SWOT)
A. Kekuatan :
1. Produksi tidak sulit/ mudah
2. Biaya produksi tidak terlalu mahal
B. Kelemahan
Banyak Orang Yang belum mengenal/ mengetahui
C. Peluang
Belum banyak pesaing
D. Ancaman
Dikhawatirkan produk tidak disukai Konsumen

1.2 Analisis Aspek Sumber Daya Manusia
Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk Home industri ini terdiri dari 1 orang bertugas mengolah ubi menjadi keripik ubi
Adapaun Job Analis Dan Deskripsi tenaga kerja
Mengolah Ubi menjadi kripik ubi dari mulai proses pengupasan, pengirisan, penggorengan dan pengepakan

BAB V
ASPEK EKONOMI DAN KEUANGAN

5.1 Pengeluaran
A. Bahan
No Kegiatan Satuan Harga Jumlah
1 2 3 4 5
1 Ubi Jalar 10 Kg Rp 10.000 Rp 10.000
2 Gula 2,5 Kg Rp 6.500 Rp 15.500
3 Minyak 1 Kg Rp 11.000 Rp 11.000
4 Plastik 1 Pak Rp 4.000 Rp. 4.000
Jumlah Rp 40.500

B. Biaya Tetap
No Kegiatan Satuan Harga Jumlah
1 2 3 4 5
1 Pisau 2 buah Rp 10.000 Rp 20.000
2 Pengiris Ubi 1 buah Rp 50.000 Rp 50.000
3 Dandang/ katel 1 buah Rp 50.000 Rp 50.000
4 Katel/ Wajan 2 buah Rp 75.000 Rp 150.000
5 Ember 2 buah Rp 10.000 Rp 20.000
6 Tungku atau kompor 1 buah Rp 100.000 Rp 100.000
7 Tampah (nyiru) 3 buah Rp 40.000 Rp 120.000
Jumlah Rp 290.000

5.2 Pendapatan
Jumlah yang dihasilkan dari bahan ubi 10 Kg sebanyak 5 Kg Kripik ubi.
Harga Jual Per Kg : Rp 10.000,- / Kg
Harga Jual per 100 gr : Rp 1000/ 100 gr

Jadi dari 5 Kg Kripik Ubi didapat Rp 50.000,-

5. 2 BEP

Harga Jual 1 Kg kripik Ubi : Rp. 10.000,-
Harga Sebenarnya : Rp 8.100,-
Biaya Tetap : Rp 290.000,-

Usaha ini akan kembali modal awal jika menghasilkan produk sebanyak 1536.3 Kg atau sebesar Rp. 1.526.315,-


BAB VI
KESIMPUALAN DAN REKOMENDASI

7.1 Kesimpulan

Dari hasil Studi kelayanan dilihat dari aspek Pasar dan Pemasaran, Aspek Teknis dan Teknologi, Aspek Manajemen Operasional, Aspek Ekonomi dan Keuangan dan Aspek Yuridis bahwa KRIPIK UBI layak dijadikan kewirausahan

7.2 Rekomendasi

Untuk mengembangkan usaha ini lebih besar perlu tambahan modal yang cukup sehingga usaha ini dapat berkembang menjadi lebih besar.


BAB VIII
PENUTUP


Semoga hasil studi kelayanan ini dapat menjadi acuan dalam proses pelaksanaan nanti. Dan dapat berjalan dengan lancar tanpa halanngan apapun , sehingga dapat berkembang lebih baik dan lebih besar


Selanjutnya......

Contoh Studi Kelayakan bisnis

BUDI DAYA LOBSTER AIR TAWAR (LAT) - KAJIAN DARI ASPEK KEUANGAN
 
Posted January 1st, 2008 by KUSMAWANTI
Studi Kelayakan Bisnis

BAB I
PENDAHULUAN


1.1. LATAR BELAKANG

Melihat kondisi perekonomian Indonesia yang semakin hari semakin sulit, kita jangan hanya terpaku meratapi nasib sambil terus mengharap bantuan dari pemerintah. Sebenarnya banyak sekali peluang yang bisa kita ambil apabila kita mau berusaha. Dalam memilih suatu usaha atau bisnis hendaknya memperhatikan segala aspek dan kemungkinan-kemungkinan terjadi yang terkait. Diantaranya adalah aspek pasar dan pemasarannya, aspek teknis dan produksi, aspek manajemen dan organisasi, aspek hukum, aspek sosial ekonomi, aspek AMDAL dan aspek keuangan. Ketika suatu bisnis sudah direncanakan dengan sempurna maka hasilnya pun kemungkinan besar akan sempurna juga.
Seperti halnya dengan usaha bisnis yang satu ini, “Budidaya Lobster Air Tawar”. Dilihat dasri aspek pasarnya, lobster air tawar (untuk selanjutnya disingkat dengan LAT) mempunyai pangsa pasar yang menjanjikan saat ini. Dengan tingkat harga yang cukup tinggi dan permintaan yang relatif banyak, komoditas ini menjadi lahan bisnis yang menarik. Saat ini harga jual LAT sekitar Rp. 250.000,00 per kilogramnya, biasanya setiap kilogramnya berisi sekitar 12 ekor. Biasanya LAT ini banyak dipesan oleh hotel-hotel berbintang untuk konsumsi. Namun cukup disayangkan permintaan konsumen tidak dapat dipenuhi maksimal karena minimnya jumlah petani yang membudidayakan LAT ini dan masih banyak yang memusatkan perhatian pada produksi bibit dimana permintaannya pun cukup tinggi. Sehingga sampai saat ini, ambillah contoh permintaan dari salah satu hotel di Jogyakarta sebesar 2 kg per minggu pun belum berani disanggupi. Jadi kita masih mempunyai peluang untuk mengisi pangsa pasar sebesar 40 %. Sedangkan untuk pemasarannya tidak terlalu sulit, karena tidak hanya di dalam negeri saja namun juga di luar negeri lobster air tawar banyak digemari, dimana LAT ini pertama kali dikembangkan di Australia. Hal ini dikarenakan menurut penelitian diketahui bahwa lobster jenis ini mempunyai kandungan gizi yang tinggi. Selain itu di dalam lobster air tawar tidak mengandung kolesterol seperti yang ada di lobster air laut biasanya. Ini merupakan salah satu keunggulan tersendiri bagi LAT dibandingkan dengan jenis lain, karena seperti diketahui bahwa kolesterol itu tidak baik untuk kesehatan. Satu hal lagi yang perlu diperhatikan sebagai bahan pertimbangan adalah Penadah Tetap hasil budidaya ini sudah ada, yaitu “Nail Farm” yang berlokasi di daerah dekat kampus Uniga Malang.
Pemeliharaan LAT ini relatif mudah, hewan ini tidak memerlukan perlakuan khusus yang rumit. Meskipun tingkat pertumbuhannya tidak sepesat lobster air laut, namun komoditas ini juga mempunyai prospek yang menjanjikan. Dampak lingkungan yang ditimbulkan dari usaha ini hampir tidak ada, karena hanya berupa bekas air pemeliharaan. Sehingga tentunya akan mempermudah dalam pengurusan ijin AMDAL-nya. Satu lagi tidak kalah pentingnya adalah Keuangan. Dana yang dibutuhkan untuk memulai usaha ini tidaklah besar, namun usaha ini dapat menghasilkan untung yang luar biasa besarnya..

1.2. TUJUAN

Tujuan umum dari pelaksanaan proyek proposal ini adalah sebagai berikut:
1. Mendirikan sebuah usaha yang memiliki potensi bisnis yang menjanjikan sehingga dapat menambah penghasilan.
2. Mengembangkan usaha budidaya LAT menjadi komoditi unggulan daerah.
3. Sebagai salah satu syarat untuk mengajukan Kredit Usaha Kecil (KUK) kepada lembaga keuangan yang terkait.

1.3. MANFAAT

Manfaat secara umum yang diharapkan dari perealisasian Proposal Studi Kelayakan Bisnis pendirian usaha Budidaya LAT ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Pemilik
• Ada tambahan dana segar untuk segera merealisasikan rencana usaha budi daya lobster air tawar ini.
• Tercapainya cita-cita untuk mendirikan sebuah usaha yang mandiri dan tangguh di tengah-tengah keadaan perekonomian seperti ini.
• Menambah pendapatan per kapita yang nantinya juga akan menambah pendapatan nasional.
2. Bagi Masyarakat
• Menambah variasi pola konsumsi masyarakat konsumen.
• Menjadi motivasi untuk mendirikan usaha yang sejenis, dimana nantinya diharapkan semakin banyak bermunculan wirausahawan tangguh dan ulet.
• Menjadikan usaha Budidaya LAT ini komoditi unggulan daerah.
• Perekrutan karyawan baru yang nantinya diharapkan akan membantu mengurangi jumlah angka pengangguran.
3. Bagi Pemerintah
• Mencoba menciptakan para wirausahawan baru yang handal, sehingga nantinya akan tercipta lapangan pekerjaan baru secara otomatis.
• Mengurangi jumlah angka pengangguran di Indonesia yang setiap tahun selalu bertambah.

1.4. METODE
1.4.1. Metode Pengumpulan Data
Segala informasi yang diperlukan dalam penyusunan proposal ini berupa data primer dan sekunder. Data-data primer diperoleh dengan peninjauan langsung ke pengusaha budidaya LAT “NAIL FARM” yang ada di daerah Joyo Sari-Dinoyo-Malang. Sementara untuk data-data sekunder diperoleh dari internet maupun buku-buku.
1.4.2. Metode Pembahasan
Sebenarnya metode pembahasan yang digunakan untuk merencanakan sebuah usaha adalah banyak sekali jenisnya. Namun metode pendekatan yang akan digunakan dalam proposal ini hanya sebatas pada “Aspek Keuangan” saja. Dimana nantinya akan diuraikan tentang perhitungan Cash flow, NPV dan BEP-nya.


Selanjutnya......

2.20.2008

SELAMAT DATANG



ini adalah blog komunitas masyarakat program D4 Gizi Politeknik Kesehatan Bandung

disini bisa ditemukan semua bahan materi perkuliahan, tugas-tugas, profil mahasiswa, dan banyak lagi pokoknya selamat menikmati semuanya ..............................................................



Selanjutnya......